Saturday, December 21, 2013

Postmodernisme

Teori kritis sebagai fase akhir gagasan-gagasan modernism dan kemudian keluar gagasan-gagasan baru yang masuk ke kategori postmodernisme. Postmodernisme pertama kali digunakan untuk menyebutkan sebuah arsitektur.

Mulai dari klasik, abad pertengahan, renaisans dan untuk setiap periode terdapat suatu gagasan-gagasan atau konsep kunci atau ide pertama yang dianggap benar untuk semua orang, setiap periode, bersifat universal, ada suatu ide universal pada suatu periode. Contohnya pada zaman abad pertengahan, kita membicarakan Thomas Aquinas, ada anggapan bahwa seni itu punya peran untuk memuja Tuhan, seni itu harus memuja Tuhan, itu suatu ide utama dari abad pertengahan, ide yang dianggap universal yang akan dianggap benar untuk selama-lamanya. Zaman renaisans beda lagi, membicarakan tentang perkembangan sainstifict, mulai ada gagasan-gagasan yang dikeluarkan oleh Leonardo Da Vinci, seniman yang baik harus jadi saintis yang baik juga. Sebuah karya yang baik adalah sebuah karya yang menjadi cermin alam, serealis mungkin. Ini adalah suatu gagasan yang diansumsikan benar untuk selama-lamanya. Tapi seiring perkembangan zaman, ide-ide tersebut tidak terlalu relevan lagi. Satu hal yang membedakan modernism dan postmodernisme adalah tentang universalisme. Kalau di zaman modern masih ada anggapan atau ide-ide yang bersifat universal, benar untuk sekarang atau selama—amanya atau benar untuk oraang di Jogja, di Jerman, di Sulawesi dan dimana-mana, sifatnya universal. kalau postmodernisme itu kita mulai melihat gejala-gejala runtuhnya universalisme. Kalau ada satu ciri khas yang membedakan modernism dan postmodernisme adalah runtuhnya ide-ide yang dianggap bersifat universal. Postmodernisme justru menolak universal dan mereka mulai meragukan hal-hal yang sifatnya beragam, bukan bersifat universal tapi plural. Kalau modernism lebih mementingkan ide-ide universal, kalau postmodernisme lebih mementingkan konteks local.

JEAN-FRANCOIS LYOTARD (1924-1998)


Lyotard merupakan filsuf dan sosiolog asal Perancis, belajar filsafat di Sorbonne. Bekerja di Universitas-universitas terkenal di AS (Berkeley, Vale, John Hopkins). Ia terkenal untuk penjelasannya mengenai postmodernisme. Konsep kunci Lyotard itu adalah teorinya tentang “META-NARRATIVE” yang sering disebut “GRAND-NARRATIVE” atau “ NARASI BESAR”, menurutnya yang menjadi salah satu gejala budaya postmodern adalah runtuhnya narasi-narasi besar. Contoh narasi besar, ide-ide yang sifatnya universal, dianggap tidak boleh dipertanyakan atau dianggap tidak akan berubah, menurut Lyotard itu hanya sebuah narasi besar. Menurutnya seiring dengan pergerakan zaman, narasi-narasi besar seperti itu akan runtuh, akan berubah sesuai zamannya. Pada bukunya, The Postmodern Condition : A Report on Knowledge (1979) merupakan buku orderan, buku yang dipesan oleh pemerintah Canada, buku yang lebih ke pengetahuan saat ini. Tapi uniknya ada satu konsep yang bisa menjelaskan gejala postmodernisme. Lyotard memberi penjelasan apa yang dimaksud dengan metanaratif saat ini. Metanaratif adalah ide-ide tentang sejarah pengetahuan yang diansumsikan bersifat menyeluruh, total, komplit yang kemudian memberi masyarakat sebuah pecahan atas segala tindakan-tindakannya.

·         Contoh 1 : Ide tentang “universalisme” pada seni (era modern awal-akhir). Ardono dan Horkheimer membedakan seni dan industry, ada batasan yang sangat kuat yang tidak bisa ditembus. Ide tentang seni dan industry merupakan sebuah narasi besar yang kemudian seiring dengan perkembangan zaman mulai terlihat tidak relevan lagi.
·         Contoh 2 : Manusia membutuhkan tubuhnya untuk berkomunikasi (komunikasi). Sebelum perkembangan internet merajalela, kita punya anggapan bahwa untuk berkomunikasi anatar sesama, kita perlu bertemu 4 mata. Tapi sekarang dengan perkembangan teknologi, perkembangan media kita tidak butuh bertremu tatap muka dengan orang lain.
·         Contoh 3 : Perindustrian memerlukan pabrik dan buruh (kaitalisme)

Metanaratif tidak dapat dipertahankan lagi karena adanya kemajuan teknologi dalam komunikasi, media masa dan teknologi informasi, menggantikan posisi narasi besar dengan narasi kecil, kebenaran kecil. Maksudnya kecil itu bukan kebenaran universal yang luas, yang dianggap menyeluruh tapi kebenaran yang benar untuk sekang, akal-akal yang dianggap benar untuk suatu titik periode tertentu, titik sejarah tertentu, suatu konteks budaya tertentu, jadi bukan lagi benar untuk selama-lamanya tapi benar untuk suatu pemikiran tertentu. Jadi bukan lagi narasi-narasi universal, tapi narasi local yang dianggap sekarang benar belum tentu benar untuk besok, minggu depan, atau 50 tahun lagi. Jadi di buku ini, Lyotard mengatakan ada pergeseran anti kebenaran itu sendiri. Kebenaran universal diganti dengan kebenaran local dan itu sebabnya terlihat ketika karya-karya pop art.


Andy Warhol, 32 Campbell’s Soup Cans, 1962


Andy Warhol, Marilyn Diptych, 1962


Richard Hamilton, “ Just What is it that Makes Today’s Homes, So Different, So Appealing?”, 1956


 
Komik Amerika

Di zaman modern ada perbedaan dengan apa yang disebut dengan pengalaman estetis dan pengalaman keseharian disisi lain. Pengalaman keseharian sifatnya sepele, remeh temeh, tidak penting, banal, membosankan sedangkan bertolak belakang dari itu, pengelaman estetis itu sifatnya menggugah, menyentuh, istimewa.


JEAN BAUDRILLARD (1929-2007)


Baudrillard merupakan filsuf dan teoris kebudayaan. Anak dari keluarga pegawai sipil dan peternak. Belajar bahasa dan sastra Jerman di Sorbonne. Berkarir sebagai akademisi di bidang sosiologi di Perancis. Terkenal untuk penjelasannya mengenai postmodernisme dan postaktualisme. Baudrilllard bersama Lyotard adalah kritikus modernism terutama Lyotard mengatakan tentang di era postmodern ada pergantian makna tentang kebenaran. Kalau Baudrillard di era postmodernisme ada pergatian makna tentang kenyataan, tentang realita. Dalam bukunya, Simulacra & Simulations (1981), konsep kuncinya Hiper-Realita. Menurutnya sebenarnya realita yang kita jalani itu bukan realita yang sebenarnya. Suatu ‘realita’ atau kenyataan yang dibuat lewat bermacam Simulacra dan simulasi. Seimulacra dan simulasi ini kemudian membangun apa yang disebut dengan hiper-realita. Simulacra adalah tiruan yang menggambarkan hal-hal yang tidak punya realita pada awalnya, atau hal yang tidak lagi memiliki asal usul dan Simulasi merupakan imitasi cara kerja dunia nyata.





Subscribe to Our Blog Updates!




Share this article!

No comments:

Post a Comment

Return to top of page
Powered By Blogger | Design by Genesis Awesome | Blogger Template by Lord HTML