Thursday, December 12, 2013

Estetika Masa Romantik

Estetika romantic bukan berdasarkan logika melainkan rasa.

Pada periode ini mulai ada anggapan baru mengenai seniamn dan ini berhubungan pada suatu proses yang namanya “artistic genius” atau kegeniusan seorang seniman. Seorang seniman itu sosok yang sangat genius bukan dalam arti scientis tapi kegeniusannya sendiri dalam arti orsinil, berani, out of the box, mulai keluar dari norma-norma yang ada, itu adalah kegeniusan seorang seniman. Anggapan seniman seperti itu mulai ada pada periode ini

ARTHUR SCHOPENHAUER (1788-1860)


Arthur Schopenhauer lahir di Danzig (Polandia) pada 1788. Ia berpindah-pindah ke Hamburg, Paris, Inggris. Karena warisan akhirnya ia mampu kuliah di Universitas Gottingen, dimana ia mulai mengenal filsafat Immanuel Kant. Pada tahun 1819 ia mulai menjadi dosen di Universitas Berlin. Karya terkenalnya adalah The World as Will and Representation (“Dunia sebgaia kehendak dan Representasi”). Schopenhauer meninggal di tahun 1860.

Pemikiran Schopenhauer terfokus pada satu pertanyaan besar yaitu apa yang menjadi motif tindakan-tindakan kita, apa yang mendorong tindakan-tindakan kita, kenapa kalian masuk kelas ? Kenapa kalian takut SKS ? kenapa kalian melakukan hal ini itu, kenapa kita ingin, punya keinginan ini itu, apa yang mendorong itu semua ?

Sebelumnya ketika kita membahas Heagel, Heagel juga mempunyai pertanyaan yang mirip, apa yang mendorong keinginan-keinginan kita ? kenapa kita suka sebuah music ? kenapa kita suka pada suatu jenis makanan ? pertanyaan besarnya apa yang menjadi motif tindakan-tindakan kita ? Jawabannya apa yang ia sebut dengan Roh/Geist. Menurut Heagel kita suka melakukan hal-hal tertentu itu didbentuk oleh yang namanya semangat zaman secara kolektif yang mendorong kalian suka pada suatu hal, ingin melakukan suatu hal, keinginan-keinginan pribadi didorong oleh Roh semangat zaman, itu menurut Heagel. Heagel seakan-akan bilang Roh/ semangat zaman inilah yang menjadi semacam daya yang membentuk keiginan kita.

Schopenhauer bilang Heagel benar, tindakan kita dibentuk oleh suatu daya tapi Heagel salah ketika kekuatan atau daya itu membentuk kita adalah Roh/ semangat zaman secara kolektif. Distiulah kesalahan Heagel menurutnya. Schopenhauer mengatakan kekuatan atau daya, kekuatan yang mendorong, yang membentuk atau menjadi motif tindakan kita adalah apa yang disebut sebagai kehendak. Menurut Schopenhouer manusia sebagai manusia itu memiliki sifat yang paling dasar yang dimiliki oleh setiap manusia tanpa terkecuali yaitu kehendak untuk hidup (will-to-live) dan ini adalah semacam kekuatan atau daya yang mendorong atau menjadi motivasi atau impuls atas kegiatan-kegiatan kita.

Disini sudah terlihat bedanya Schopenhauer dengan pemikir sebelumnya. Pemikir-pemikir sebelumnya dari jaman Plato dari zaman 300 SM sampai Hume, Heagel. Mereka bilang sifat dasar manusia adalah kemampuannya dalam berakal. Manusia adalah makhluk yang berakal. Dari zaman Plato yang disebut sebagai sifat dasar manusia adalah nalar,  manusia adalah makhluk yang bernalar, manusia adalah makhluk yang berakal dan disini Schopenhauer mengatakan sifat dasar manusia itu bukan lagi akalnya tapi kehendak. Manusia bukan hanya makhluk berakal tetapi makhluk yang berkehendak, maka dari itu sifat atau nalar manusia itu bukan akalnya tapi kehendak dia untuk tekatnya. Misalnya kita pasti ingin merasakan punya ini itu, kehendak itu adalah kehendak untuk hidup yang merupakan naluri manusia yang dimiliki secara universal.

Ketika Schopenhauer membicarakan tentang kehendak, ada 2 ciri ;
1.         Kehendak dalam bentuk noumenal (transendental) : sesuatu yang melampaui atau melebihi dari kenyataan duniawi, abstrak, ambigu, spiritual, kehendak dalam arti yang tidak berbentuk tapi memiliki kekuatan tersendiri, mempunyai impact pada fenomenal. Kehendak dalam bentuk noumenal adalah motivasi dari keinginan manusia
2.       Kehendak dalam bentuk fenomenal (duniawi) : misalnya saya harus, saya butuh air, saya mau ini itu yang didorong oleh noumenal.

Segala tindakan, prilaku, kebiasaan apa yang harus kita buat itu berasal dari kehendak noumenal ini. Jadi kehendak yang secara abstrak, ambigu, spiritual inilah yang mendorong kehendak-kehendak kita. Kehendak manusia menurut Schopenhauer itu tidak logis, tidak jelas arahnya dan itu yang menyebabkan penderitaan kita. Pemikir-pemikir di era 19 ini seperti Schopenhauer, mereka memiliki akses sama filsafat-filsafat dari timur misalnya ajaran-ajaran Buddha, kuno Sidharta Gautama sehingga terdapat persamaan Schopenhauer dan ajaran spiritual timur misalnya manusia itu diperbudak oleh kehendaknya dan kehendaknya itu harus di redam dengan cara bertapa, bersemedi, berpuasa, dan sebagainya, ini mempengaruhi pemikiran Schopenhauer, pemikiran romantic. Maka dari itu Schopenhauer mengatakan bahwa kehendak itu adalah sesuatu yang harus ditakhlukan, harus diredam. Setiap manusia pasti memiliki kehendak tapi jangan dituruti namun harus diredam. Lalu ia berpikir caranya bagaimana menakhlukan kehendak kita dan ia mengatakan melalui bertapa mulai dari semedi, pantang puasa, doa dengan bertapa seperti itu merupakan meredam keinginan kita meskipun caranya temporer maksudnya puasa hanya berapa hari. Jadi kehendak tidak sepenuhnya bisa ditakhlukan bahkan karena manusia matipun yang hilang itu hanya kehendak yang dalam arti fenomenal namun yang dalam arti neumenal tetap ada. Jadi kita hanya punya solusi-solusi temporer untuk meredam atau menakhlukan kehendak.

Selain kehidupan bertapa, dari sinilah masuk seni dan estetika. Seni memberi jalan temporer atas kesengsaraan yang disebabkan oleh kehendak manusia karena seni adalah wujud dari kehendak transcendental yang mendorong tindakan manusia. Inilah seni menurut Schopenhauer. Kenapa bisa diwujudkan/ dibentuk dengan seni ? inilah peran seniman. Seniman adalah seorang genius dalam arti ‘ARTISTIC GENIUS’, karena ia mampu merangkum, meringkas realita, kejadian atau peristiwa-peristiwa yang ada disekelilingnya. Jadi periode sejarahnya dan dengan imajinasinya dia, dia menghayal untuk berimajinasi, ia memperhatikan sekelilingnya, berimajinasi kemudian dibantu kemampuan teknisnya dia mampu menciptakan sebuah objek kedalam sebuah benda.
Dan sekarang peranan penonton seni ketika kita berhubungan dengan kesenian, ketika kita meihat karya, karya itu benar-benar menyentuh kita dan kita merasakan ini bagus, keren, pokoknya kita tersentuh dalam hal apapun itu, kita bersinggungan, kita bertemu dengan apa yang disebut dengan kehendak transcendental itu lewat kesenian. Kita memahami kehendak transcendental tadi yang menurut Schopenhauer merupakan sebuah penakhlukan, caranya memang berbeda dengan bertapa berpuasa, tapi dengan memahami kehendak transcendental tadi kenapa kita melakukan apa yang kita lakukan itu merupakan sebuah penakhlukan. Ini adalah salah satu bentuk moment genius menurut Schopenhauer

Francisco de Goya, The Second of May 1808, 1814

Jadi kegeniusan artistic itu terletak pada bagaimana seniman mampu memperhatikan isu-isu atau peristiwa atau kejadian yang penting pada gambarnya dengan menggunakan imajinasinya dan kemampuan teknisnya untuk menciptakan sebuah objek.

Seni yang dianggap mampu memahami keinginan transcendental adalah seni murni (patung, lukisan, teater/ tari, music sastra). Menurut Schopenhauer yang ia maksud adalah hanya seni murni. Schopenhauer mengkategorikan Hierarki seni murni;
1.         Musik
2.       Puisi
3.       Lukisan bersejarah dan patung
4.       Desain taman/landscape
5.       Arsitektur

Menurut Schopenhauer, music dan puisi jauh lebih murni daripada seni-seni patung, arsitektur karena bersifat Universal. Yang dianggapnya penting adalah historical painting.

FRIEDRICH NIETZSCHE (1844-1900)


Lahir di Rocken, tahun 1844, Nietzsche mendapatkan pendidikan terbaik, hingga kuliah bidang Filologi di Universitas Bonn dan Leipzig. Seumur hidupnya Nietzsche sakit-sakitan (migren, insomnia, disentri, dipteri, sifilis) tapi tetap menulis bahkan ketika setengah buta. Teman dekat kemudian musuh composer Richard Wagner. Karya-karya terbesar Nietzsche adalah The Birth of Tragedy; Human, All Too Human; Thus Spoke Zarathustra; The Will to Power.

Pada masanya, di Jerman ada rasa rasionalisme yang sangat kuat. Di tahun 1871 perang Rusia-Perancis kemudian Jerman disatukan jadi Jerman wilayah besar yang mempengaruhi psikisnya untuk sebuah Negara. Ini juga kejadiannya bersamaan dengan pola pikir yang scientific yang dimana banyak menemukan penemuan-penemuan penting yang membentuk pola pikir yang sangat scientific. Menurut Nietzsche, di masyarakat yang scientific ini seperti tidak ada lagi ruang untuk kehidupan spiritual yang biasanya dijalankan melalui agama, seperti tidak ada lagi ruang untuk Tuhan, maka dari itu dibukunya berisi God is death sehingga pemikiran Nietzsche ini sering disalah gunakan oleh berbagai macam pihak mulai dari yang penting-penting seperti beberapa partai.

Pengaruh Schopenhauer berpengaruh pada Nietzsche karena membahas tentang manusia itu tidak hanya berakal saja melainkan punya kehendak macam-macam, aneh, tidak jelas, namun tidak bisa dipungkiri karena merupakan naluri seorang manusia. Bedanya Schopenhauer bahwa kehendak harus diredam, ditakhlukan, dan seni berguna karena menakhlukan keinginan, Nietzsche mengatakan yang bertolak belakang, menurutnya kehendak itu justru harus dipupuk, harus dijabanin karena kehendak itu adalah kunci dari kreativitas manusia itu. Manusia baru menjadi manusia yang seutuhnya ketika ia menjadi kreatif. Menurutnya, seni adalah yang lebih penting, seni lebih penting dari ilmu pengetahuan, lebih penting dari agama, lebih penting dari moralitas.

Jika tadi Schopenhauer mengatakan naluri dasar manusia adalah kehendak untuk hidup, will-to-live, Nietzsche mengatakan naluri dasar manusia adalah will-to-Power, kehendak untuk menguasai, kehendak untuk berkuasa. Namun kehendak yang dimaksudkan bukan untuk menguasai orang lain melainkan adalah kehendak untuk menguasai diri sendiri.

Menurut Nietzsche apa yang disebut ‘Overman’, manusia yang independen, manusia yang orsinil, manusia yang bukan lagi budak, yang kreatif. Manusia yang seutuhnya bukan lagi manusia yang berakal, bernalar namun justu merupakan manusia yang mampu memenuhi segala potensinya secara kreatif, tidak lagi diperbudak oleh massa, tidak lagi diperbudak oleh norma-norma atau normalitas. Jadi itu merupakan penguasaan atau power yang dimaksud Nietzsche.

Seni yang mempunyai peran penting. Ini dipengaruhi oleh Scopenhauer, seni adalah caara untuk memahami kehidupan, Nietzsche juga setuju bahkan lebih dari itu, seni itu oleh Nietzsche Nietzsche digunakan sebagai alat atau kunci yang membuka perangkap (potensi kreatif manusia) dan menjadikan manusia utuh. Dalam kesenian ada 2 aspek yaitu;
1.         Apolonian : Berasal dari dewa-dewa Yunani kuno, Apolo adalah dewa sinar (memberi kejelasan)
2.       Dionisian : Dionisian merupakan dewa anggur, dewa hura-hura (dewa mabuk)

Menurutnya, kesenian itu harus punya 2 aspek ini; seni memberi kejelasan tapi seni harus memberi aspek kemabukan untuk membawa keluar ke batas akal sehat. Ke 2 aspek ini harus ada di dalam proses artistic. Menurut Nietzsche, seni bukan hanya kegiatan yang kita lakukan, kita buat karya atau ingat di era Renaisans dan Realism, fungsi seni itu sebagai cermin dunia, menurut Nietzsche hidup itu belum ada makna bila belum ada seni.



Subscribe to Our Blog Updates!




Share this article!

No comments:

Post a Comment

Return to top of page
Powered By Blogger | Design by Genesis Awesome | Blogger Template by Lord HTML