Sunday, October 13, 2013

Estetika Rasionalisme Jerman

Alexander Gottlieb Baumgarten (1714-1762)




  • Biografi singkat Baumgarten
Baumgarten dibesarkan di kota Berlin, Jerman. Merupakan anak ke lima dari tujuh bersaudara. Ayahnya pendeta, Jacob Baumgarten dan ibunya Rosina Elisabeth. Baumgarten dipengaruhi oleh Gottfried Wilhem Leibniz (1646-1716), seorang filsuf dan matematikawan Jerman serta dipengaruhi tradisi filsafat sistematis rasionalisme Christian Wolff (1679-1754). Ia mengambil gelar doktornya pada September 1737 ketika berusia 21 tahun dengan tesis Meditationes philosophicae de nonnullis ad poema parttinentibus : disinilah kata 'estetika' muncul sebagai nama sebuah sains khusus. Di tahun 1742, Baumgarten adalah pengajar filsuf pertama yang memberikan kuliah tentang estetika dan dari mata kuliah ini diterbitkan buku Aesthetica, di tahun 1750 dan 1758. Tetapi karena sakit dan akhirnya meninggal pada 1762, ia tidak sempat menyelesaikannya.

  • Rasionalisme
Rasionalisme merupakan sebuah periode kebudayaan atau pergerakan intelektual di abad 18 yang berkembang di barat terutama Eropa. Rasionalisme ini juga disebut sebagai era Pencerahan (Enlightenment, auflärung). Baumgarten merupakan tokoh yang melatar belakangi rasionalis di Jerman dan tokoh-tokoh yang memperngaruhi dari abad ke-17 yaitu Baruch Spinoza, Voltaire, Issac Newton dan John Locke.

  • Estetika
Ada yang mengatakan bahwa Baumgarten adalah bapak estetika. Baumgarten mengembangkan konsep estetika dalam arti modern. Kata 'estetika' diturunkan dari kata Yunani (aisthesis) artinya 'pencerapan inderawi' (sensation). Baumgarten mulai dari ide bahwa estetika adalah 'sains tentang pengenalan inderawi' (the science of sensory cognition). Kemampuan kognisi yang lebih rendah (inferior), yang mencerap sensasi dan membentuk pengetahuan inderawi. Secara umum, yang berlawanan dengan 'pemikiran logis atau pemikiran matematis murni' (pure mathematical or logical thinking). Kemudian Baumgarten melanjutkan topik ini dengan membicarakan apa yang disebutnya sebagai 'intelek' (intellectus), kemampuan kognisi yang lebih tinggi, yang "mengetahui hal-hal secara filosofis". Jadi kognisi atau pemikiran dari apa yang kita lihat, tiru, sentuh itu bukan hanya sensasi, namun sebagai sebuah pemikiran.



  • Estetika dan Logika Saling Melengkapi
"Estetika (sebagai teori tentang Liberal arts, sebagai kognisi yang lebih inferior, sebagai teori tentang berpikir secara indah dan sebagai seni berpikir yang dapat disamakan dengan akal) adalah sebuah sains mengenai kognisi pancaindrawi (sensual cognition)". Kita memerlukan pengalaman indrawi kita untuk berpikir secara indah. Kapasitas kognisi inferior yang terbentuk secara alamiah diwajibkan untuk berfikir secara indah. Hal ini tidak saja mungkin ada secara secara simultan dengan kapasitas kognisi alamiah yang lebih tinggi, tapi diwajibkan sebagai prasyarat (sine qua non) berpikir secara indah (beautiful thinking)" (Aesthetica,
§41)

  • Tentang Kebenaran Estetik
Kebenaran estetik adalah sebuah kebenaran yang melindungi pengalaman yang dirasakan secara langsung, dalam kekayaan dan kompleksitasnya secara individu. Kebenaran estetik ini berbeda dengan kebenaran logis. Misalnya buku ini kebenaran logisnya terdiri dari 260 halaman, panjangnya x, lebarnya y, beratnya x gram. Semuanya benar-benar logis secara terukur. Kebenaran estetik sifatnya langsung dalam pengertian tidak terbatasi oleh parameter-parameter baku seperti ukuran pasti, berat pasti, lebar pasti, panjang pasti, dan tolak ukur pasti. Misalnya mendengarkan musik tanpa harus tau secara presisi, temponya, aransemennya, detailnya itu lagu, kita bisa mendengar dan merasakan lagunya.

Estetika monad : representasi estetik tentang kesatuan yang lebih besar dalam suatu benda yang indah (berpikir secara indah ata upulchrecogitare)


Fungsi kebenaran estetik yaitu untuk menilai kesempurnaan dari kognisi atau pengetahuan pancaindrawi. menurut Baumgarten, kebenaran estetik itu tebagi menjadi 3 kriteria, yaitu :

  1. Kekayaan imajinasi : Lebih sempurna semakin banyaknya elemen individu
  2. Magnitud atau besarnya imajinasi : Kompleksitas yang terkait dengan suatu permasalahan.
  3. Kejelasan atau kejernihan penyampaian atau penghadiran.
Jadi maksudnya tidak ada yang disebut dengan kekayaan imajinasi dan tidak ada kompleksitas antara yang satu dengan yang lainnya. Estetika dianggap sebagai prasyarat berpikir secara indah, maka dari itu estetika memiliki kebenarannya sendiri.


Baumgarten menggagas bahwa "kejelasan secara ekstensif" dari representasi pancaindrawi harus dianggap sebagai tolak ukur kesempurnaan kognisi pancaindrawi ( dalam buku the Reflections on Poetry, dan dalam Metaphysica)

Kejelasan secara ekstensif adalah sebuah penjelasan yang mengumpulkan sebanyak mungkin representasi yang membingungkan atau terpilah-pilah dalam sebuah representasi indrawi khusus (misalnya dalam puisi). "Kejelasan secara ekstensif" harus dijadikan tolak ukur kesempurnaan kognisi pancaindrawi karena jelas atau jernih, meski tetap kabur atau ambigu.


  • Seni
Seni merupakan wujud konkrit dari keindahan yang berupaya untuk mewakili keperpaduan dan keharmonisan dunia. Seni ini dipengaruhi oleh Leibniz yang mengatakan bahwa dunia diciptakan sebagai indah dan ada keharmonisan disana. Baumgarten setuju dengan "teori pulchrum" bahwa semesta adalah ciptaan yang indah dan semua benda yang indah yang ada didalamnya adalah cerminan dari kesatuan itu.

  • Kebenaran Estetis vs Kebenaran Logis
Kebenaran seni berbeda dengan kebenaran logis karena sifatnya inderawi, tidak selalu konseptual (confused cognition), tidak bisa didapatkan melalui logika semata. Hal ini berbeda dengan kebenaran logis yang sifatnya mental, harus konseptual dan didapatkan dari logika.

Sebagai sebuah ilmu pengetahuan, menurut Baumgarten seni itu terbagi menjadi dua, yaitu:
  1. Sebuah teori menegnai confused cognition sebgaia teori tentang pengalaman pancaindrawi membantu rasionalitas.
  2. Berhadapan dengan seni membantu kita menjadi manusia yang lebih "utuh" (well-rounded), yang mampu menyeimbangkan sensualitas dan rasionalitas, kelangsungan estetis dan kognisi logis atau matematis yang abstrak.

  • Sumbangan Baumgarten terhadap Estetika
Karena Baumgarten, estetika membuat langkahan besar menuju otonominya sebagai disiplin atau cabang filsafat. Baumgarten juga menekankan pancaindrawi sebagai aspek kognisi.
Moses Mandelssohn (6 September 1729- 4 January 1786) yang merupakan filsuf Yahudi-Jerman menekankan bahwa kepuasan yang secara unik didapatkan oleh manusia datang dari benda atau objek estetik.



Subscribe to Our Blog Updates!




Share this article!

No comments:

Post a Comment

Return to top of page
Powered By Blogger | Design by Genesis Awesome | Blogger Template by Lord HTML