Monday, October 21, 2013

Estetika Empirisisme abad-18

Pertemuan hari ini diawali dengan review tentang Rasionalisme Jerman abad-18 pada pertemuan minggu lalu. Dijelaskan bahwa rasionalisme adalah keindahan berharga karena menjadi bagian Estetika sebagai sains dari kebenaran. Estetika sebagai sains : "keindahan" dianggap sebagai bagian dari "kebenaran".

  • "Nothing is beautiful but the 'True' (Nicolas Baileau, poet, 1674)
Estetika sebagai sistem pengetahuan yang rasional dan objektif, dapat dari intelektual.

Estetika Empirisisme Abad-18

Pada abad-18, Empirisisme sebagai sistem filosofis utama. Seperti Rasionalisme terfokus pada "Epistemologi" (teori tentang pengetahuan). Contohnya: Apa yang kita maksud tentang sesuatu, kita tau sesuatu darimana datangnya pengetahuan itu. Menurut empirisisme, sumber pengetahuan adalah "pengalaman inderawi" dan bukan "benak". Pendekatan ini memiliki dampak langsung pada penilaian akan estetika.

Untuk pertama kali pada estetika, konsep-konsep seperti imajinasi dan selera memiliki posisi mereka tersendiri dan keindahan dibedakan dari "yang sublim" (The sublim). The sublim menurut Baumgarten pada estetika merupakan yang indah-indah, menakutkan, mengerikan dan lain-lain. Menurut Edmond Ter, pengalaman estetis tidak berasal dari keindahan tapi dari yang sublim.

  • 3rd Earl of Shaftesbury (Anthony Ashley - Cooper) (1671-1713)
Anthony Ashley Cooper (Shaftesbury) dilahirkan pada 26 February 1671 di London, Inggris dari keluarga aristokratik. Ia belajar secara peivat (1674-1683) di bawah bimbingan John Locke. Kontribusi terbesarnya untuk estetika adalah konsep tentang "ketanpapamrihan" (disinterestedness), maksudnya adalah terlepas independen dari kepentingan-kepentingan pribadi seseorang dapat mengapresiasikan suatu hal, menikmati suatu hal (seluruhnya) tanpa harus ingin memilikinya. Agar sebuah tindakan memiliki nilai moral (bukan hanya memiliki akibat baik saja), orang yang melakukan tindakan haruslah tidak termotivasi semata-mata oleh motif-motif yang mementingkan diri sendiri. Contohnya : "Apa saja yang indah atau menarik dalam alam, hanyalah merupakan bayangan dari keindahan perdana". Keindahan perdana tersebut adalah ide keindahan Plationis di dunia ide atau dunia atas. Empirisisme menurut Shaftesbury adalah keindahan berharga karena menimbulkan "rasa nikmat" (pleasure).


  • Francis Hutcheson (1694-1746)
Hutcheson lahir di Irlandia, dari keluarga Skotlandia. Ia merupakan filsuf Skotlandia yang menulis tentang estetika dan moral. Ia juga merupakan tokoh dari "Pencerahan Skotlandia". Karya terbesarnya adalah An Inquiry into the Original of our ideas of Beauty and Virtue (London : 1725), Inquiry concerning Beauty, Order, Harmony, Design (1725); 4th ed. (London : 1738) dan A Short Introduction to moral Philosophy (Glasgow : 1747). Kedua buku pertama dianggap sebagai studi lengkap pertama di bidang estetika dan filsafat seni. Jadi Hutcheson ingin memecahkan tentang sebuah persoalan darimana asalnya rasa nikmat keindahan. Para rasionalis mengatakan bahwa sumber dari nikmat keindahan ini pasti berasal dari benak kita, berasal dari kemampuan kita untuk menganalisa dan memikirkan segala sesuatu. Tapi para empiris ini mengatakan sumber pengetahuan bukan benak, bukan nalar kita, tetapi pengalaman kita. Maka menurut Hutcheson mengenai sumber rasa nikmat keindahan, setengah dari kita. Sebagian itu berasal dari kita, sebagiannya berasal dari benda itu sendiri. Yang dari kita disebut dengan indra internal sense.

Menurut Hutcheson terdapat 2 kategori utama dari rasa nikmat. Pertama-tama ada rasa nikmat yang berasal dari fisik, misalnya kue yang dimakan terasa enak ketika di mulut. Dan juga ada yang sifatnya mental. Misalnya memikirkan sesuatu yang sangat konseptual ribet dan ketika mendapat kritikal momentnya ternyata ini jawabannya. Diluar ini semua, ada suatu kategori keindahan, kenikmatan lain yaitu beauty, keindahan. Beauty sifatnya diluar 2 kategori sebelumnya karena tidak sepenuhnya fisik dan tidak juga sepenuuhnya mental. Jadi rasa nikmat yang dihasilkan oleh beauty tidak masuk ke 2 kategori ini. Menurut Huntcheson kata 'keindahan' (beauty) bukanlah nama sebuah objek transendental, juga bukan nama dari objek yang kita lihat, dengar atau sentuh. Sumbernya dari kita adalah internal sense atau indra internal. Bersifat internal didalam kita. Seperti organ dalam tubuh kita dan benak kita. Tapi hal ini juga bisa dialami secara fisik. Jadi yang dimaksud indra internal itu seperti semacam reseptifitas atau kemampuan kita untuk menerima stimulus-stimulus yang datangnya dari benda-benda dan kemudian meregister atau mencerna stimulus-stimulus itu sebagai sesuatu yang dapat menimbulkan rasa nikmat tersendiri. Jadi indra internal ini adalah kapasitas kita untuk menerima sensasi stimulus-stimulus dari benda dan meresponnya, dan itu sumbernya dari kita.

Hutcheson mengatakan secara eksplisit bahwa 'kesatuan dalam keanekaragaman' membuat kita dapat menangkap ide keindahan tanpa menyadari secara niscaya bahwa objek tersebut memiliki kesatuan dalam keanekaragaman. 'Keindahan' (imitasi ini) dibangun diatas sebuah kesesuaian, atau semacam 'kesatuan' (unity) antara yang orisinal dan salinannya (Hutcheson, 1973/1725, p. 54). Jadi benda-benda yang dapat menimbulkan rasa nikmat, 1 sisi memiliki element yang terpisah atau kompleks. Sedangkan 'keanekaragaman' (variety), harus diandaikan bahwa keanekaragaman ini didukung oleh fakta bahwa yang asli dan salinannya merupakan 2 hal yang 'berbeda' (difference) yang disatukan oleh kemiripan penampakan mereka.


  • David Hume (1711-1776)
David Hume dilahirkan di Edinburg, Skotlandia pada 1711. Ia dipegaruhi oleh John Locks, dan dianggap sebagai filsuf Empirisisme terpenting.Karya terbesarnya adalah A Treatise on Human Nature (1739). Kontribusi terpentingnya untuk estetika adalah :
  1. Penjelasan bahwa pengetahuan datang dari pengalaman inderawi. Teori tentang "prinsip-prinsip Asosiasi".
  2. Teori tentang "standart selera" ("standards of taste").
Segala hal yang kita tahu, itu budles of perception yang datang dari "pengalaman". Misalnya kita tahu api itu panas tapi belum terbakar, tau jurang itu dalam, kalau jatuh ke jurang sakit tapi tidak pernah jatuh ke jurang. Hal ini merupakan prinsip-prinsip asosiasi, isi pikiran manusia tergantung dari aktivitas inderawi. Asosiasi terbagi menjadi 3 prinsip, yaitu:
  • Kemiripan (resemblance)
Misalnya di sebuah restoran ada lukisan ikan koi, ikan koi dilukisan mirip ikan koi di rumah, jadi orang tau kalau itu ikan koi. Jadi maksudnya 2 hal yang berbeda bentuknya atau lebih, tapi ada kemiripan.

  • Kedekatan hubungan (contiguity)
Kalau membayangkan rumah, kita juga akan membayangkan pintu, jendela sesuai dengan gambaran rumah yang kita lihat lewat pengalaman indrawi kita sebelumnya.

  • Sebab - akibat (cause and effect)
Jika kita memikirkan luka, kita jarang menghindari untuk memikirkan rasa sakit yang diakibatkan oleh luka tersebut.


Prinsip asosiasi ini mencoba menjelaskan bagaimana mengetahui segala hal yang ada (dari pengalaman pribadi). Kita membuat hubungan antara hal-hal yang berbeda berdasarkan kehidupan. Ketika membicarakan tentang keindahan, ada objektivitas disana karena merupakan standart selera. Selera itu bersifat subjektif, bisa diperbaiki untuk memenuhi standart. Standart itu halus, maksudnya detail, peka terhadap hal-hal yang sifatnya halus. Selera yang memenuhi standart yaitu selera yang peka lalu selera yang baik yaitu pemikiran yang sehat atau good sense. Jadi menurut Hume, hanya orang yang berpikiran sehat yang berpotensi memiliki pikiran baik. Lalu terlatih yang berhubungan dengan perbandingan atau punya perbandingan (comporison). Selera yang baik adalah selera yang terlatih dan punya perbandingan. Terakhir terbebas dari prasangka (unprejudiced).

  • Edmund Burke (1728-1797)
Lahir di Irlandia. Dia lulus dari Trinity College di Dublin. Burke adalah seorang pengacara dan politisi ulung (politikus). Karya terkenalnya di estetika adalah The Philosophical Inquiry Into The Origin of Our Ideas of The Sublime and the Beautiful (1790). Edmund Burke menerbitkan bukunya tentang "yang sublim dan yang indah" setelah pertengahan abad ke-18. Sumbangan terpenting dari buku ini adalah penjabaran teori tentang yang sublim secara lengkap. Ia memperlakukan 'yang sublim' sebagai sebuah kategori, terpisah dari keindahan; sebenarnya ia menganggap yang sublim itu bertentangan dengan keindahan. Menurut Edmund Burke, keterpikatan tidak selalu dihasilkan dari hal positif, Zrasaestetis bisa berasal dari hal-hal yang tidak indah.






Subscribe to Our Blog Updates!




Share this article!

No comments:

Post a Comment

Return to top of page
Powered By Blogger | Design by Genesis Awesome | Blogger Template by Lord HTML