Sunday, September 22, 2013

Ancient Greece

Segala sesuatu mengenail filsafat berasal dari zaman Yunani Kuno. Metafisika merupakan pandangan seseorang tentang bagaimana ia melihat dunia.


  • Socrates (470 - 399 SM)

Socrates merupakan filsuf dari Athena, Yunani dan merupakan salah satu figur paling penting dalam tradisi filosofis. Socrates adalah guru Plato. Ia tidak pernah membuat karya tulis apapun (buku) sehingga ajaran Socrates ini berfilosofinya dengan cara mengobrol dan terjadi diskusi tentang filosofis. Plato lah yang kemudian menulis sebuah buku mengenai ajaran Socrates.

  • Plato (427-347 SM)
Plato lahir 427 SM di Athena. Ia merupakan murid Socrates dan belajar filsafat darinya. Plato mendirikan "Akademia" (387SM) yang merupakan suatu tempat dimana orang mencari ilmu pengetahuan. Plato adalah seorang "Idealis", orang yang berprinsip dan memiliki keyakinan. Tapi idealis yang dimaksudkan Plato berbeda. Dia percaya sumber dari segala sesuatu yang ada bersumber dari "IDEA". Idea adalah sebuah prinsip universal yang memungkinkan sesuatu ada dan merupakan kebenaran yang sejati. Sesuatu yang kita lihat ini tidak nyata, yang nyata itu idea. Idea bersifat abstrak, tidak konkrit (Misalnya kursi, sepatu. Tetapi itu bukan kebenaran sejati melainkan kebenaran semu). Kebenaran didapatkan melalui kapasitas akal atau nalar. Dengan menggunakan nalar secara filosofis, kita bisa mencapai ke idea (kebenaran sejati).

Plato membagi dunia menjadi 2, yaitu dunia ide dan dunia penampakan. Dunia ide adalah sumber dari segala sesuatu (tempat dewa-dewi Yunani Kuno) dan dunia penampakan adalah dunia tempat manusia, hewan dan makhluk hidup serta tiruan lainnya tinggal.

Plato mengilustrasikan "Allegory Of The Cave"
Allegory Of The Cave menggambarkan bahwan ada sekelompok tahanan yang selama hidupnya hanya menghadap ke dinding gua dengan kedua tangan dan kakinya terbelenggu yang membuat mereka tidak dapat menoleh ke belakang. Di belakang mereka terdapat api unggun dan di belakang api unggun itu ada orang-orang dan hewan yang berlalu-lalang. Para tahanan tersebut hanya bisa melihat banyangan pada dinding gua dari orang-orang dan hewan yang berlalu-lalang di balik mereka. Menurut Plato manusia diibaratkan dengan tahanan yang terbelenggu di gua (dunia) dan hanya bisa melihat bayangan atau tiruannya saja. Manusia tidak dapat melihat yang sebenarnya karena dibelenggu oleh indra-indra mereka sendiri. Inilah yang disebutkan dengan dunia penampakan. 
Ketika tahanan itu bebas dari belenggunya dan keluar dari gua, ia baru melihat dunia yang sebenarnya. Hewan yang sebenarnya, manusia yang sebenarnya, langit dan sebagainya. Akhirnya ia mengerti apa yang ia anggap dulunya sebagai kenyataan (bayangan pada dinding gua) sebenarnya merupakan tiruan dari yang sebenarnya yang berada di luar gua. Maka dari itu, manusia membutuhkan nalar mereka untuk melepas belenggu-belenggu tersebut dengan cara berfilosofi, berfikir, merenung agar mencapai Idea. Gambaran tentang ketika tahanan bebas dari belenggunya merupakan dunia ide.

Kata kunci pemikiran Plato :
  1. Kebenaran yang universal
  2. Kebenaran yang kekal.
  3. Kebenaran yang didapatkan melalui kapasitas akal atau nalar.
Lalu Plato membedaakan Tubuh/fisik dan pikiran/mental. Menurutnya yang paling penting dari hal tersebut adalah pikiran/mental karena fisik itu tidak kekal, fisik masih dapat berubah dan kita berfikir menggunakan benak kita, bukan menggunakan fisik.

Plato mengatakan bahwa seni adalah imitasi (mimesis-mimesos) yang berarti tiruan dari tiruan. Seni harus disensor karena berbahaya, manusia semakin jauh dari idea dan seni bersifat emosional, sedangkan manusia pikirannya harus jernih).
Sebagai contoh, kursi. Ide tentang kursi tersebut adalah asli (idea). Barang/ bentuk (kursi) tersebut merupakan tiruan pertama dan tiruan ke duanya adalah tiruan dari tiruan yang pertama.

  • Aristoteles (384-322 SM)
Aristoteles merupakan seorang filsuf Yunani, murid dari Plato dan guru dari Alexander The Great. Aristoteles kembali ke Athena (335 SM) dan mendirikan "Lyceum". 

Dalam teorinya : Hyle-morfisme (metafisika empiris aristoteles), Hyle adalah "materi" dimana kemungkinan suatu benda untuk mempunyai bentuk dan Morfisme adalah "betuk" dimana prinsip yang memberikan aktualitas atau kenyataan pada materi. Jadi Hyle-morfisme ini memiliki potensi yang bersifat konkrit, empiris dan indrawi. 

Menurut Aristoteles, Idea adalah kemampuan manusia untuk menarik kesimpulan-kesimpulan. Pendapatnya ini berbeda dengan Plato walaupun Plato merupaka gurunya. Dan berbeda dari Plato, Aristoteles mensuport karya seni karena karya seni sangat bernilai, memiliki kemampuan untuk Katharsis (pemurnian) jiwa manusia. Aristoteles sangat teliti dalam menjabarkan sesuatu dan ia membuat sebuah buku tentang Physics.

Menurut Aristoteles ada 4 penyebab segala sesuatu itu ada :
  1. Penyebab material (causa materialis)
  2. Peyebab formal (causa formalis)
  3. Penyebab efisien (causa efficiens)
  4. Penyebab final (causa finalis)
Pada buku POETICS, Aristoteles membuat tentang seni teater tragedi. Seni itu bisa membebaskan manusia dari pikiran-pikiran yang tertumpuk dikepala. Katharsis merupakan saat dimana emosi yang meluap, situasi emosi yang meluap ini meyebabkan pemurnian.

Pada 323 SM, Aristoteles kabur dari Athena ke Kalas karena dituduh menyebarkan Ateisme.

  • Plotinus (205-270 SM)
Plotinus adalah seorang filsuf yang mendirikan Neo-Platonisme dengan menjadikan pemikiran Plato sebagai inspirasi utamanya. Namun dari pemikiran Plato tersebut digabungkan pulan dengan berbagai aliran filsafat lainnya.

Metafisika Plotinus : Teori Emanasi dan Remanasi. Semesta berasal dari sesuatu dan akan kembali ke sesuatu tersebut (ke sebenarnya). Sesuatu itu adalah Yang Esa (The One).

Esa adalah kondisi paling dasar yang harus dimiliki sesuatu untuk menjadi nyata. Nous, Jiwa dunia, Jiwa individu dan meteri adalah turunan dari Yang Esa.

Remanasi terdiri dari 3 tahap :
  1. Ekstatis (penyatuan dan peleburan)
  2. Contemstation (kontemplasi, penemuan filsafat dan renungan filsafat untuk mencapai pencerahan)
  3. Purification (pemurnian diti melalui kesenian)
Estetika menurut Plotinus adalah Keindahan dan kesakralan. Keindahan terbagi menjadi 2 :
  1. Outer beauty (bisa dilihat, dirasakan, dipegang, wujud nyata/fisiknya)
  2. Inner beauty (moment yang bisa dirasakan saja, mempunyai emosi, dapat dicerna dengan nalar)
Seni juga terbagi menjadi konkrit dan ideal.


Josephine S. Gradiana
12120210019



Subscribe to Our Blog Updates!




Share this article!

No comments:

Post a Comment

Return to top of page
Powered By Blogger | Design by Genesis Awesome | Blogger Template by Lord HTML