G.W.F Hegel
Bentuk simbolik, klasik,
dan Romantik
Georg Wilhelm Friedrich
Hegel (lahir 27 Agustus 1770 – meninggal 14 November 1931) merupakan salah satu
tokoh terpenting dari periode Idealisme Jerman. Karya terpentingnya alalah The
Phenomenology of Spirit. Ia berkarir di University of Berlin hingga menjabat
sebagai Rektor di tahun 1830. Hegel sepennuhnya hidup sebagai akademisi,
mengajar kuliah dalam bidang Estetika, filsafat agama, filsafat sejarah dan sejarah
filsafat.
Konsep kunci dalam
filsafat Hegel :
1.
Dialektika
2.
Roh
3.
Kesadaran diri
4.
Kebebasan
1. Dialektika
Dialektika adalah sebuah
pola atau jenis argumentasi yang melibatkan tesis lalu ada penyanggahnya atau
penyangkalan yaitu anti-thesis yang menghasilkan sintesis atau jawaban baru.
Ada thesis, suatu pola yang dianggap benar kemudian ide ini disangkal oleh
pengargumentasinya dan kemudian terciptalah jawaban baru yang merupakan
gabungan antara thesis dan anti-thesis. Salah satu contoh dimana pola
argumentasi dipakai adalah Plato. Jadi kalau kita membaca buku Plato,
tulisannya berbentuk dialog. Ketika Plato ingin membicarakan filosofinya, ia
akan menuliskan tokoh-tokoh seperti Sokrates. Sokrates lagi ngobrol dengan
orang lain dan dari dialog ini terpaparlah, diomongin pemikirannya. Misalnya
Sokrates menanyakan apa yang kamu pikirkan tentang blablabla… lalu lawan
bicaranya akan memaparkan pendapatnya, menurut saya gini gini… dan mereka akan
berdialog dan dialog ini akan mengikuti pola dialektika.
Sebelum Hegel, dialektika
hanya dianggap sebagai pola argumentasi untuk mencari jawaban dasar,
prinsip-prinsip dasar. Argumentasi memiliki banyak cara dan argumentasi
digunakan untuk mencari jawaban dasar. Uniknya Hegel, pola dialektika ini
digunakan untuk menjelaskan sejarah. Sejarah itu berkembang, sejarah itu
berevolusi dan menurut Hegel evolusi sejarah itu terjadi secara dialektis. Jadi
sejarah itu tidak hanya berjalan saja tapi ada thesis yang dimana titik suatu
sejarah itu benar kemudian thesis itu akan menemukan penyanggahan atau
penyangkalan dari thesis dan anti-thesis ini berevolusi secara dialektis yang
disebut dengan dialektika sejarah Hegel.
Sejarah
terdiri dari apa yang disebut dengan “Roh”
2. Roh
Roh
atau spirit atau Geist atau semangat zaman
Menurut Hegel, tiap periode itu memiliki semangat zaman dan
semangat zaman ini terbentuk dari ide-ide yang kita sepakati dalam masyarakat.
Jadi menurut Hegel, ide atau gagasan itu sifatnya tidak subjektif melainkan
objektif dan ide yang sosial ini membentuk Roh sejarah, semangat zaman. Ide
yang kita miliki misalnya kita harus lulus kuliah, kita harus sopan, kita harus
jujur, ide-ide yang tidak hanya dari kita semua tapi ide itu datangnya juga
dari sekitar kita. Ide-ide itu bersifat sosial dan ide-ide yang bersifat sosial
ini membentuk apa yang kita sebut dengan semangat zaman.
Roh inilah yang menurut
Hegel berkembang secara dialektis. Menurut Hegel, yang membentuk Roh atau
semangat sebuah zaman itu adalah self-consciousivess (kesadaran diri)
3. Kesadaran Diri
Kesadaran diri adalah
gagasan yang secara umum dipasang atau disepakati oleh suatu masyarakat dan
gagasan ini pada awalnya dipahami secara individu kemudian berkembang lebih
canggih yang berasal dari sekitar. Dan inilah yang disebut Hegel dengan Budaya.
Menurut Hegel budaya bukan hanya sekedar adat istiadat tapi sebuah norma-norma
atau gagasan yang disepakati secara umum oleh suatu masyarakat atau kelompok.
4. Kebebasan
Hegel adalah seorang
filsuf yang hidup di peralihan abad 18 ke 19, ia sadar akan adanya revolusi
Prancis ketika rakyat Prancis menentang rajanya dan berusaha membebaskan diri
mereka dari kekuasaan Raja. Iklim perlawanan seperti itu membuat pemikir di
Eropa pada masa itu mulai memikirkan soal kebebasan. Apa yang dimaksud dengan
kebebasan ? Apakah kebebasan itu hanya sekedar melawan Raja ? Apakah kebebasan
itu hanya semacam membangkang dari norma yang ada ? Apakah kebebasan itu hanya
kemampuan untuk melakukan keinginan sendiri saja ? Apakah kebebasan hanya
seperti itu ? dan menurut Hegel, manusia atau seseorang menjadi bebas ketika ia
menyadari segala potensi-potensi dirinya dan merealisasikan potensi dirinya.
Upaya menjadi bebas merupakan upaya perealisasian potensi dirinya. Misalnya
manusia memiliki banyak kemampuan, manusia bisa ini itu, manusia bisa banyak melakukan
banyak hal, memiliki banyak potensi. Menurut Hegel itulah yang disebut dengan
potensi kebebasan. Manusia bergerak mewujudkan potensi-potensinya. Inti
kebebasan untuk Hegel tidak semata melawan atau membangkang atau melakukan
sesuatu sesuai dengan keinginan kita tetapi terletak di potensi tiap individu
yang bisa melakukan macam-macam dan bergerak melakukan potensi, mewujudkan
potensi.
Seni menurut Hegel adalah
ekspresi Roh dan Roh itu selalu berkembang secara dialektis dan roh itu dalam
perkembangannya selalu berusaha menjadi bebas, selalu memenuhi potensi dirinya
yang masih dalam arti semangat zaman yang terdiri dari kesadaran diri kolektif.
Karena Roh selalu berubah, seni juga menjadi memiliki tahapan-tahapan ;
1.
Tahap atau
periode simbolik
2.
Periode klasik
3.
Periode
Romantik
1. Tahap atau periode
simbolik
Yang menjadi bentuk-bentuk
keseniannya : shpinx, piramida mesir, kuil dan candi, berbentuk abstrak yang
tidak kita ketahui tanda-tanda yang bisa kita baca. Menurut Hegel hal ini
merupakan sebagai semangat zaman yang belum bebas. Belum merealisasikan potensi
dirinya. Manusia pada masa ini dengan kesadaran dirinya belum mengetahui dan
emmenuhi potensi dirinya.
2. Periode Klasik
Periode Yunani Kuno
Pada masa ini, Roh atau
masyarakat zaman Yunani Kuno sudah bebas. Mereka tau potensi diri mereka dan
memenuhi potensi dirinya. Potensinya pada saat itu adalah manusia yang
bernalar. Menurut Hegel mereka memenuhi potensi diri mereka dan menjadi bebas. Bentuk-bentuk
kebebasannya mencerminkan atau mengekspresikan kebebasan melalui patung-patung.
Manusia dengan proporsi realistis, manusia bermartabat. Manusia digambarkan
sebagai manusia, manusia memiliki rasa malu. Kesenian melahirkan sebuah Pure
Beauty, kesenian sejati yang terlihat ketika kesenian menjadi ekspresi roh yang
bebas memenuhi potensi diri.
3. Periode Romantik
Roh melampaui ide atau
potensi bahwa mereka bukan hanya makhluk bernalar saja. Melampaui kebebasan,
melampaui nalar. Jadi bentuk seni yang dihasilkan melampaui itu semua.
Eugene Delacroix, The Death of Sardanapalus, 1827
Francisco de Goya, Saturn Devouring one of His Children, 1821-23
JMW Turner, The Fighting Temeraire, Tugged to her Last Berth to be Broken up, 1838
Eugene Delacroix, The Death of Sardanapalus, 1827
Francisco de Goya, Saturn Devouring one of His Children, 1821-23
JMW Turner, The Fighting Temeraire, Tugged to her Last Berth to be Broken up, 1838